Beranda | Artikel
Empat Hukum Mencukur Jenggot - Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama
Rabu, 31 Agustus 2022

Empat Hukum Mencukur Jenggot – Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama

Berkenaan dengan jenggot pria, Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dia menciptakan kaum wanita dengan bentuk yang baik untuk mereka dan dan sesuai bagi mereka. Dan Dia menciptakan kaum pria dengan bentuk yang baik untuk mereka dan dan sesuai bagi mereka. Dia mengaruniakan kaum pria berupa jenggot. Dan mencukur jenggot secara keseluruhan hukumnya haram, sebagaimana ijma’ para ulama. Adapun hukum lain yang dikatakan sebagian ulama muta’akhir madzhab syafi’i, telah didahului adanya ijma’.

Ibnu Hazm rahimahullah ‘Azza wa Jalla berkata, “Dan para ulama telah bersepakat memotong seluruh jenggot merupakan bentuk merusak penciptaan, dan tidak boleh dilakukan.” Dan Ibnu Taimiyah rahimahullah tidak mengomentari hal ini dalam kitab “Naqd Maratib al-Ijma`”, yakni beliau menyetujui pernyataan itu. Ibnu al-Qatthan rahimahullah ‘Azza wa Jalla juga berkata, “Dan para ulama telah bersepakat, memotong seluruh jenggot merupakan bentuk merusak penciptaan, tidak boleh dilakukan.” Dan demikianlah yang aku dapati di kitab para ulama fiqih generasi terdahulu. Mereka semua menyatakan haramnya mencukur jenggot secara keseluruhan. Dan juga pendapat yang rajih, tidak boleh mencukur sebagian jenggot, kecuali jika telah panjang sekali sehingga merusak penampilan, maka yang rajih menurutku -wallahu a’lam-, tidak mengapa dipotong.

Jika ia ingin, maka ia boleh memotong jenggot yang memanjang ke bawah dan ke samping, jika memang panjang sekali, hingga keluar dari batas normal, agar ia mengembalikannya ke batas normal saja. Adapun mengukurnya dengan satu genggaman, lalu memotong yang melebihinya. Maka ini diriwayatkan pernah dilakukan sebagian sahabat -ridhwanullah ‘alaihim- jika ada yang melakukannya, maka tidak boleh dicela. tidak boleh pula dicibir. Namun hukumnya yang menurutku benar -wallahu a’lam- secara fiqih dan pengamatan tidak boleh juga memotong jenggot yang panjangnya melebihi satu genggaman tangan. Namun wajibnya adalah memelihara dan memanjangkan jenggot. Kecuali jika telah panjang sekali melebihi batas normal maka boleh untuk dipotong agar kembali ke batas normal, Insya Allah. Jadi, kita punya beberapa perkara dalam masalah jenggot.

PERTAMA:
Mencukur secara keseluruhan, dan ini tidak boleh dilakukan
dan HARAM sesuai kesepakatan, sebagaimana yang aku baca dalam kitab para ulama fiqih generasi terdahulu serta yang diriwayatkan dan ditetapkan sebagian ulama yang perhatian pada ijma’.

KEDUA:
Memotong jenggot yang panjangnya kurang dari satu genggaman.
Dalam perkara ini terdapat perselisihan pendapat para ulama fiqih; namun yang rajih, itu tidak boleh dilakukan. tidak ada dalil yang membolehkannya.

KETIGA:
Memotong jenggot yang panjangnya lebih dari satu genggaman. Ini pernah dilakukan beberapa sahabat -ridhwanullah ‘alaihim- sehingga yang melakukan ini tidak boleh dicela, tidak boleh dianggap fasik, dan lain sebagainya. Namun menurutku -wallahu a’lam-, jenggot itu tetap wajib dipelihara. KEEMPAT:
Memotong jenggot yang melewati batas normal pada panjangnya yang ke bawah dan ke samping; agar kembali ke bentuk normal. Dan yang menurutku benar -wallahu a’lam-, itu boleh dilakukan karena itulah asalnya di syariat dalam hal ini.

================================================================================

مَا يَتَعَلَّقُ بِلِحْيَةِ الرَّجُلِ وَاللهُ حَكِيْمٌ عَلِيمٌ

خَلَقَ النِّسَاءَ عَلَى هَيْئَةٍ

تَصْلُحُ لَهُنَّ وَتُصْلِحُهُنَّ

وَخَلَقَ الرِّجَالَ عَلَى هَيْئَةٍ

تَصْلُحُ لَهُمْ وَتُصْلِحُهُمْ

فَكَرَّمَ الرِّجَالَ بِاللِّحَى

وَحَلْقُ اللِّحْيَةِ بِالْكُلِّيَّةِ حَرَامٌ بِإِجْمَاعِ أَهْلِ الْعِلْمِ

وَمَا حَكَاهُ بَعْضُ الشَّافِعِيَّةِ الْمُتَأَخِّرُونَ مَسْبُوْقٌ بِالْإِجْمَاعِ

يَقُولُ ابْنُ حَزْمٍ رَحِمَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّفَقُوا

أَنَّ حَلْقَ جَمِيعِ اللِّحْيَةِ مُثْلَةٌ

لَا تَجُوزُ

وَلَمْ يَتَعَقَّبْهُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ فِي نَقْدِ مَرَاتِبِ الْإِجْمَاعِ

يَعْنِي أَنَّهُ يُوَافِقُهُ عَلَى ذَلِكَ

وَقَالَ ابْنُ الْقَطَّانِ رَحِمَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

وَاتَّفَقُوا أَنَّ حَلْقَ جَمِيعِ اللِّحْيَةِ مُثْلَةٌ لَا تَجُوزُ

وَهَذَا الَّذِي رَأَيْتُهُ فِي كُتُبِ الْفُقَهَاءِ مِنَ الْمُتَقَدِّمِينَ

كُلُّهُمْ يَنُصُّوْنَ عَلَى حُرْمَةِ حَلْقِ اللِّحْيَةِ بِالْكُلِّيَّةِ

وَكَذَلِكَ عَلَى الرَّاجِحِ لَا يَجُوزُ الْأَخْذُ مِنْهَا

إِلَّا إِذَا طَالَتْ طُوْلًا زَائِدًا مُشَوِّهًا

فَالرَّاجِحُ عِنْدِيْ وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا حَرَجَ

إِنْ شَاءَ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ طُولِهَا وَعَرْضِهَا إِنْ زَادَ

حَتَّى خَرَجَ عَنِ الْحَدِّ الْمُعْتَادِ

لِيَرُدَّهَا إِلَى الْمُعْتَادِ فَقَطْ

وَأَمَّا الْقَبْضُ بِالْقَبْضَةِ وَأَخْذُ مَا زَادَ

فَهَذَا ثَبَتَ عَنْ بَعْضِ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ

فَمَنْ فَعَلَهُ لَا يُنْبَزُ

وَلَا يُتَنَقَّصُ مِنْه

لَكِنَّ الَّذِي يَظْهَرُ لِي وَاللهُ أَعْلَمُ فِقْهًا وَنَظَرًا

أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَخْذُ مَا زَادَ عَنِ الْقَبْضَةِ

بَلِ الْوَاجِبُ إِحْفَاؤُ اللِّحْيَةِ وَتَرْكُ اللِّحْيَةِ

إِلَّا إِذَا طَالَتْ طُوْلًا زَائِدًا عَنِ الْمُعْتَادِ

فَتُرَدُّ إِلَى الْمُعْتَادِ فَلَا بَأْسَ إِنْ شَاءَ اللهُ

إِذًا عِنْدَنَا أُمُورٌ فِي اللِّحْيَةِ

الْأَمْرُ الْأَوَّلُ الْحَلْقُ بِالْكُلِّيَّة وَهَذَا لَا يَجُوزُ

وَحَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ فِيمَا اطَّلَعْتُ عَلَيْهِ مِنْ كُتُبِ الْفُقَهَاءِ الْمُتَقَدِّمِينَ
وَنَقَلَهُ وَنَصَّ عَلَيْهِ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ الْمُهْتَمِّيْنَ بِالْإِجْمَاعِ

وَالْأَمْرُ الثَّانِي تَقْصِيرُ اللِّحْيَةِ أَقَلُّ مِنَ الْقَبْضَةِ

وَهَذَا مَحَلُّ خِلَافٍ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ لَكِنَّ الرَّاجِحَ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ

وَلَمْ يَأْتِ دَلِيلٌ عَلَى الْجَوَازِ

وَالْأَمْرُ الثَّالِثُ أَخْذُ مَا زَادَ عَنِ الْقَبْضَةِ

وَهَذَا ثَبَتَ عَنْ عَدَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ

وَهُوَ يَمْنَعُ التَّنَقُّصَ وَالتَّفْسِيْقَ وَغَيْرَ ذَلِكَ

لَكِنَّ الَّذِي يَظْهَرُ لِي وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّهُ يَجِبُ أَنْ تُتْرَكَ

وَالْمَرْحَلَةُ الرَّابِعَةُ أَخْذُ مَا زَادَ عَنِ الْمُعْتَادِ

فِي طُولِ اللِّحْيَةِ وَعَرْضِهَا حَتّى تُرَدَّ إِلَى الْمُعْتَادِ

وَهَذَا يَظْهَرُ لِي وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّهُ جَائِزٌ لِأَنَّ هَذَا هُوَ الْأَصْلُ

فِي الشَّرِيعَةِ فِي مِثْلِ هَذَا

 


Artikel asli: https://nasehat.net/empat-hukum-mencukur-jenggot-syaikh-sulaiman-ar-ruhaily-nasehatulama/